Wednesday, April 24, 2013

1:56 AM
Apa hal yang believe it or not mungkin telah menjadi hal paling menakutkan bagi mayoritas penduduk bumi saat ini? Jawabnya adalah pecahnya perang di semenanjung Korea, yang punya kemungkinan juga akan menjadi pertanda di mulainya perang nuklir. Gesekan antara kedua negara ini coba digambarkan kembali oleh Ryu Seung-wan(meskipun sudah pernah dilakukan lebih dari satu dekade yang lalu), dengan tema yang lebih aman namun tetap mampu memberikan pengalaman menonton yang menarik, konspirasi internasional.

National Intelligence Service dibawah komando Jung Jin-Soo (Han Suk Kyu) sedang melakukan pengintaian transaksi senjata illegal yang terjadi di sebuah hotel di Berlin, yang melibatkan pembeli asal Timur Tengah, penjual dari Korea Utara, dan seorang broker asal Rusia. Ketika hendak melakukan penyergapan, ternyata ada pihak lain yang tak dikenal ikut bergabung, yang menyebabkan Dong Myung-Soo (Ryoo Seung-Bum), agent Korea Utara dengan power kuat dan mematikan itu berhasil lolos dari penyergapan.

Celakanya, tujuan Dong Myung-Soo yang ternyata mengemban misi khusus dari Pyongyang telah terbaca oleh Pyo Jong-Sung (Ha Jung-Woo), seorang agent Korea Utara yang punya reputasi baik berkat prestasinya. Semua berkat pertanda yang diberikan oleh Lee Hak-Soo (Lee Kyoung-Young), duta besar Korea Utara untuk Berlin, yang langsung membawa Pyo kepada seseorang yang sangat ia cintai, Ryeon Jung-hee (Jeon Ji-hyun), istrinya yang sedang hamil, juga bekerja sebagai penerjemah bagi Lee Hak-Soo, yang ternyata dicurigai telah membocorkan informasi bernilai miliaran dolar. Sadar akan hal itu, Pyo berupaya keluar dari Berlin bersama istrinya yang bahkan masih ia curigai, sayangnya dengan tenggat waktu yang singkat, 48 jam.


Sangat mudah untuk melabeli The Berlin File sebagai sebuah proyek yang penuh dengan ambisius dari seorang Ryu Seung-wan. Contohnya, coba lihat lokasi yang mereka pakai untuk menciptakan action thriller bernuansa The Bourne Identity ini, tidak ada lokasi yang menggunakan dua negara Korea itu, dan sepenuhnya bermain-main di Jermandan Latvia. Hal tersebut yang mungkin akan langsung membuat penontonnya menaikkan ekspektasi awal mereka karena merasa akan mendapatkan sebuah pengalaman menonton yang menyenangkan akibat Ryu Seung-wan yang tampak berupaya total dalam hal dasar tersebut.

Ya, tidak dapat dipungkiri saya juga ikut kagum dengan apa yang dilakukan Ryu Seung-wan, karena saya sangat suka dengan film yang punya ambisi besar, ketimbang menyajikan sebuah konsep standar yang bertujuan hanya untuk bermain aman. Mengangkat tema perselisihan dua Korea, menggunakan premis yang lebih luas ketimbang bermain dengan nuklir, dan mungkin hampir dari setengah dialognya berisikan bahasa non-korea yang juga selaras dengan kehadiran beberapa pemeran non-korea. Berjalan cepat tanpa mau tampil bertele-tele dalam membangun ceritanya, saya merasakan sebuah penyajian yang efektif dari Ryu Seung-wan, dari membentuk tempo di beberapa bagian yang terus terjaga, hingga cara menyuntikkan twistsehingga tidak terbuang percuma.

Dibalik ambisi yang besar pasti akan hadir sebuah resiko yang tidak kalah besarnya, dan itu dialami The Berlin File. Konflik simple yang coba dibentuk menjadi sedikit kompleks itu tampak sangat berupaya keras untuk menjadikan anda menilai mereka sebagai sebuah film yang cerdas. Dan hasil yang mereka peroleh sama seperti film lain dengan upaya serupa, tampak mulai menurun mulai dibagian tengah, dan berakhir dengan cara yang tidak sanggup menjadi pembungkus semua materi yang telah ia berikan, bahkan cenderung standard dan biasa. Memang, apa yang ia berikan sepanjang film terasa menarik (meskipun ada beberapa bagian dengan tingkat kebosanan yang sangat besar), tapi itu berasal dari bagian yang berisikan teori konspirasi dengan trik-trik action yang memikat, diluar itu terdapat perbedaan daya tarik yang begitu kontras.

Jika anda menyaksikan film ini dengan tujuan ingin mendapatkan pengalaman menonton yang baru, segera buang harapan itu. The Berlin File memang akan memberikan anda hiburan yang memikat dari segi teknis, namun hal itu tidak selaras dengan cerita yang ia sajikan. Jalan cerita, dan bahkan karakter yang ia punya sudah terlalu mainstream, tidak ada yang special. The Berlin File seperti sebuah film action thriller yang terus membawa penontonnya bergerak cepat dengan adegan aksi memikat berlandaskan sebuah konflik yang kokoh, namun dengan sebuah batasan yang nyata sehingga terasa seperti sebuah paket yang benar-benar kaku.

Jangan langsung pesimis, karena jika digambarkan dalam sebuah persentase, nilai positif dan negatif yang diberikan film ini cenderung berimbang, dengan sumber nilai negatif yang lebih berasal dari selera dari masing-masing penonton. Meskipun punya beberapa celah yang ditinggal tanpa penjelasan yang baik, sangat sulit untuk mengatakan bahwa saya tidak menikmati film ini. Ryu Seung-wan patut berterima kasih pada empat pemeran utamanya, yang berhasil menjadikan karakter yang tidak spesial (sepanjang film saya bahkan tidak pernah merasa perduli dengan mereka) itu melebur dengan baik kedalam cerita. Tiga pemeran pria menciptakan perpaduan yang baik di ¾ pertama film, dan Gianna Jun sanggup menjadi fokus di bagian yang tersisa.


Overall, The Berlin File adalah film yang cukup memuaskan. Tampil efektif dengan bergerak cepat, Ryu Seung-wan berhasil mewujudkan ambisinya kedalam sebuah sajian penuh adegan aksi yang menarik. Mumpuni dalam hal teknis, tidak dibantu dengan cerita yang bagi saya terkesan standar untuk sebuah ambisi yang besar, bahkan beberapa diantaranya ditinggal begitu saja. Menarik? Ya. Impresif? Tidak.
 
 
 
 
Copas from :  http://rorypnm.blogspot.com/2013/04/movie-review-berlin-file-2013.html

0 comments:

Post a Comment