Jika seseorang yang berpakain tenunan rami ‘Mosi’ berwarna putih pada musim panas ini berjalan, pandangan mata kita langsung pindah ke arahnya tanpa disadari secara spontan. Alasannya adalah karena pakaian itu terasa indah, dan juga terasa sejuk, karena kainnya sangat tipis. Namun, untuk membuat pakaian Mosi yang terasa seperti sayap dari capung, katanya 4000 kali tangan manusia diperlukan. Khususnya, sebuah proses menyambungkan serat dari rumput Mosi dengan menggunakan air liur pada mulut untuk membuat benang disebut sebagai ‘Mosi Samgi.’
Kegiatan membuat benang tersebut susah dilakukan karena mudah terputus, sehingga leluhur Korea membaca syair mengenai kegiatan ‘Mosi Samgi’ saat seratnya terputus. Jika mencermati isi syair seperti itu, ada bagian yang mengungkapkan akan menyambungkan cinta yang terputus seperti halnya dua batang Mosi yang disambungkan. Nah, isi tersebut mengandung keinginan yang melanjutkan cinta secara abadi.
Biasanya, suhu udara pada musim panas Korea Selatan mencapai 40 derajat Celsius dan kelembabannya juga cukup tinggi. Oleh karena itu, pakaian Mosi yang terasa tipis dan ringan merupakan salah satu pakaian mewah di Korea Selatan. Angin mudah masuk lewat pakaian dan tidak melekat pada tubuh, dan selalu terasa seperti pakaian baru jika merawatnya dengan baik. Walaupun tenunan rami Mosi itu terasa elok dan baik, hal itu harus memerlukan banyak tenaga. Terlebih dahulu, pembuatnya harus memotong tumbuhan rami, serta berulangkali merendamkannya di dalam air dan menjemurkan. Jika warna rami itu memutih, pembuatnya memakai air lidah dan gigi untuk memisahkan seratnya. Karena itu, katanya tidak ada orang yang memiliki gigi sehat diantara orang-orang yang membuat pakaian rami. Khususnya, jika udara menjadi kering, serat dari Mosi cepat terputus, sehingga harus membuat pakaian rami Mosi pada musim hujan dengan menutupi pintu kamar untuk melunakkan serat Mosi.
Nah, tenunan Mosi yang dicuci setelah direndamkan di dalam air abu dari tumbuhan dinamakan ‘Saengmosi’, tenunan Mosi yang diputihkan setengah dinamakan ‘Banjeo’, dan tenunan Mosi yang diputihkan secara sempurna dinamakan ‘Baekjeo.’ Jika mewarnai tenunan rami dengan menggunakan bahan tumbuhan alami, warnanya terasa lebih elok dan indah.
Walaupun pembuatan tenunan rami Mosi terasa rumit dan susah, jika dibuat, Mosi itu menjadi lunak dan lama bertahan. Itulah hasil dari keharmonisan angin dari alam, sinar mentari, waktu, dan ketulusan dari manusia. Di kerajaan Goryeo, terdapat catatan bahwa mulai raja hingga rakyat jelata suka memakai pakaian Mosi. Namun, pada era Joseon, produksi Mosi dilarang karena kemewahan menjadi berlebihan. Oleh karena itu, Mosi menjadi produk lebih berharga. Memang, pada saat ini, tenunan rami khas Korea, Mosi sulit ditemukan akibat produk Mosi buatan Cina yang berharga murah. Namun, jika jumlah orang yang mencari Mosi, barangkali jumlah ahli pembuat Mosi itu turut meningkat, iyakan? Tak ada salahnya jika membayangkan penampilan orang-orang yang berjalan-jalan dengan mengenakan pakaian Mosi yang terasa ringan dan tipis.
Source:kbsworld
0 comments:
Post a Comment